heaven sent

deera
5 min readSep 22, 2024

--

♫ You might want to listen to :

• Say Yes to Heaven – Lana Del Rey

• Sampai Jadi Debu – Banda Neira

I’ve got my eye on you

Say yes to heaven

Say yes to me

7 years later.

Bulan absen di langit Berlin yang kelabu, udara dingin terasa menusuk hingga ke tulang dan bulan Desember bertengger di kalender, pertanda waktu telah memasuki musim dingin. Di luar jendela, salju turun dengan deras, menyelimuti jalanan yang kini tertutup putih, mengubur segalanya di bawah lapisan dingin, membeku dalam diam. Angin meraung liar, mengetuk-ngetuk jendela seakan ingin masuk, menggoyangkan pepohonan hingga ranting-rantingnya berderak.

Kiyoomi duduk terpaku di depan televisi, matanya menatap layar dengan kerutan di dahinya. Tayangan berita tentang badai salju yang tengah melanda memantul di bola matanya. Rencananya untuk makan malam di luar terpaksa batal karena badai salju, reservasi yang telah ia pesan sejak beberapa minggu lalu terpaksa dipindah ke lain hari.

“Omi, please don’t be upset. You’re scaring me.

Sebuah suara menarik perhatiannya dari layar televisi. Ia menoleh dan menemukan laki-laki berambut pirang yang amat ia cintai duduk di sampingnya. “Kamu biasanya juga malas ke luar, ‘kan?” Atsumu berkata seraya menggeser tubuhnya mendekati Kiyoomi. “Kita makan malam di rumah aja. Aku yang masakin.”

“Tapi, Atsu, ini beda. This was supposed to be our special day.”

Atsumu mendengus lalu menggelengkan kepalanya. “Spesial apa, sih? Anniversary bukan, ulang tahun bukan juga.” Ia berkata seraya bangkit dan berjalan menuju dapur. Langkah kakinya yang dibalut sandal rumah menghantam lantai yang dilapisi karpet, gerutuannya terus terdengar hingga di dapur, berbaur dengan suara laci kabinet yang dibuka dan bunyi kompor dinyalakan. “Kamu mah, marah-marah sendiri, bilang kalau ini hari spesial tapi gak ngasih tahu aku spesialnya karena apa.”

Kiyoomi meraih remot televisi dan menekan tombol off sebelum ia melangkah menghampiri kekasihnya, menemukan pria itu berdiri di depan kompor sambil menuangkan minyak ke atas wajan. “It was supposed to be a surprise, sayang.” kata Kiyoomi dengan nada sedikit merajuk. Ia berdiri di belakang Atsumu dan melingkarkan lengannya di pinggang pria itu, sementara kepalanya ia benamkan di ceruk leher Atsumu, menghirup aroma sabun mandi yang menguar di sana.

Surprise apa, sih? Kamu tuh belakangan hari ini main rahasi-rahasian terus! Pulang kerja telat, suka ngilang tiba-tiba.” Kiyoomi memandangi wajah Atsumu yang terpantul di kaca kabinet, guratan kekesalan hadir di sana, dan bibirnya maju hingga beberapa senti. Melihatnya, Kiyoomi terkekeh pelan dan mengeratkan pelukannya, membuat kekasihnya itu merengek dan menyikut perut Kiyoomi dengan main-main. “Awas, ah! Aku lagi masak. Jangan diganggu.”

Baby, please, don’t be mad.”

“’M not mad.” Bohong.

Kiyoomi menghela napasnya lalu melepaskan tubuh Atsumu dari dekapannya. Ia menggigit bibirnya, menimang-nimang sesuatu di dalam kepalanya yang mulai berisik. Jemarinya yang sedikit bergetar merogoh saku celananya, menemukan sekotak cincin yang selama ini selalu ia bawa kemana-mana dan dipersiapkan khusus untuk hari ini. Hari di mana ia seharusnya pergi makan malam romantis dengan Atsumu yang diakhiri dengan lamaran pernikahan.

I’m not mad, I just want you to come clear to me! Kamu selama ini ngapain aja? Ngumpet-ngumpet gitu aku bisa mikir kamu selingkuh, lho.” Ia terus menggerutu sambil memasukkan telur ke atas wajan yang panas, posisinya masih membelakangi Kiyoomi, tidak menyadari bahwa ia berdiri dengan cincin di atas telapaknya.

“Atsu, lihat dulu sini ke aku.”

“Ugh, apa, sih? Aku lagi ma –”

Suaranya tercekat di tenggorokan, rentetan kalimat omelan menggantung di bibirnya, sementara matanya membulat lucu begitu menemukan Kiyoomi bertekuk di hadapannya sambil menyodorokan cincin ke arahnya. Mulutnya menganga membentuk huruf ‘O’, ekspresinya yang konyol hampir membuat Kiyoomi mengeluarkan ponselnya untuk mengabadikannya dalam sebuah foto.

“Omi?”

This is the surprise. Harusnya aku lamar kamu pas kita fine dining. Belakangan hari ini aku sibuk karena persiapin semuanya, beli cincin, dan sebagainya. I’m sorry I made you upset, baby.” kata Kiyoomi, ia meraih salah satu tangan Atsumu yang menggantung kaku di sisi tubuhnya. “Atsumu, I love you, so much. I’m sorry for everything I did back when we sta-started dating. I’m so grateful you’re willing to take me back after I hurt you so much. I want to be with you for the rest of my life, to love you, to re-redeem my mistakes, to give you everything you want. Atsumu, wi-will you marry me?” Kalimatnya keluar dengan sedikit terbata-bata. Setiap susunan kata yang telah ia tulis dan ingat kabur entah kemana, membuatnya mengatakan apa pun yang lewat di dalam pikirannya secara spontan.

Senyuman lebar terpatri di wajah Atsumu, menarik kedua pipinya yang memerah ke atas hingga mata kecokelatannya berubah menjadi bulan sabit. Ia menggangguk dengan heboh, “Yes! Yes! I do!” Jawabannya keluar dengan penuh antusiasme dan Kiyoomi tergelak dibuatnya. Ia menyematkan cincin ke jari manis Atsumu, lalu tmengecup tiap buku-buku jarinya dengan sayang.

“Omi, I love you so much. Thank you for fighting for us. I love you so much.”

Kiyoomi bangkit berdiri kemudian menarik Atsumu ke dalam dekapannya, merasakan kehangatannya yang menjalar dan kebahagian yang meresapi jiwa raganya. “I love you too, Atsumu. More than you’ll ever know.”

Kiyoomi mendekatkan wajahnya, menaburkan kecupan-kecupan kecil di setiap jengkal wajah Atsumu, sebelum menarik pria itu ke dalam ciuman yang lebih dalam di bibir. Mereka tenggelam dalam ciuman, seolah waktu berhenti, sampai aroma gosong tiba-tiba menyeruak di udara.

Fuck, Omi, the eggs!”

Atsumu berteriak panik ketika melihat asap mulai mengepul, dan menemukan telur yang tadi dimasaknya telah berubah menjadi hitam legam. Kiyoomi tertawa terbahak-bahak, tepat saat alarm kebakaran mulai berbunyi keras.

Malam itu, keduanya makan malam diiringi tawa dan jemari yang saling bertaut. Setelahnya, ketika semua lampu telah padam, mereka menari ditemani lantunan lagu jazz dan sinar lampu kulkas yang terbuka, juga pantulan hiasan pohon natal di pojok ruang keluarga. Ketika waktu telah menunjukkan tengah malam, keduanya terlelap sambil memeluk satu sama lain.

Malam itu, Kiyoomi bermimpi tengah berlarian dengan Atsumu di sebuah padang rumput yang dipenuhi bunga dan hangatnya sinar matahari. Di belakangnya, ketika Kiyoomi menoleh, sosok ibunya hadir, tampak beberapa dekade lebih muda, mengenakan seragam SMA dan bergandengan tangan dengan seorang perempuan yang wajahnya kabur, ikut berlarian bersamanya dan Atsumu.

He may betray his God, but he will never give up his God. He may end up in hell, but his love with Atsumu is heaven sent.

THE END.

--

--

deera
deera

Written by deera

I yap in a poetic way (I suppose)

No responses yet